Minggu, 28 Januari 2018

Copas dari teman

MAHALUL QIYAM

Selasa malam Rabu, 23 Januari 2018, pukul 21.30 lebih.

Malam ini aku baru saja masuk rumah setelah sebelumnya sejak ba’da shalat isya tadi aku bersilaturahmi ke rumah seorang teman; Ust. Iman Baihaki. Kami berbincang banyak hal terutama soal rencana pendirian pesantren di Kota Tegal.

Di tengah perbincangan malam ini Ust. Baihaki menyampaikan kepadaku bahwa ia memiliki jam’iyah binaan yang kegiatannya lmembaca maulid nabi. Menurutnya ada salah satu anggota jam’iyah, seorang anak kecil yang masih duduk di kelas 4 SD, yang bila saatnya mahalul qiyam anak itu pasti jatuh semaput, tak sadarkan diri. Ini selalu terjadi setiap kali si anak mengikuti pembacaan maulid dan sampai pada sesi mahalul qiyam.

“Bahkan,” sambung sang ustad, “pernah satu ketika ibunya mendapat giliran jam’iyahan ibu-ibu di kampungnya. Para ibu anggota jam’iyahan itu sudah hadir dan memulai membaca maulid. Sementara si anak asik bermain di halaman rumah. Anehnya ketika masuk sesi mahalul qiyam di mana para ibu itu berdiri, si anak yang sedari tadi asik bermain tiba-tiba menghentikan permainannya dan berlari menuju pintun dan serta merta berdiri tegak di depan pintu. Tak berapa lama kemudian ia terjatuh, pingsan.

“Setiap kali itu terjadi ia baru sadar dari pingsannya setelah sesi mahalul qiyam selesai,” imbuh Ust. Baihaki.

Setelah hal ini beberapa kali terjadi sang bapak mencoba bertanya perihal apa yang dialaminya. Pada mulanya si anak diam. Namun setelah berulang ditanya akhirnya si anak bercerita, “Setiap kali mulai mahalaul qiyam saya selalu melihat tempat dibacanya maulid penuh sesak dengan ribuan orang. Wajah mereka bercahaya. Namun di tengah-tengah mereka ada satu orang yang bisa saya lihat tubuhnya namun tak bisa saya lihat wajahnya, karena cahaya yang terpancar sangat luar biasa terang sekali.”

Siapa orang-orang itu?

Si anak bercerita, “Ada Abu Bakar Sidiq, ada Umar, Fatimah, Khadijah dan sebagainya.”

“Bagaimana kau mengenali mereka?” tanya ustad Baihaki.

“Karena mereka mengenalkan diri pada saya.”

Ustad Baihaki melanjutkan ceritanya, “Bahkan ketika di masjid Agung sedang dibaca maulid dan sampai pada mahalul qiyam pun anak itu yang berada di rumah sempat pingsan. Ia mengaku melihat masjid Agung penuh sesak dengan hadirnya ribuan orang saat mahalul qiyam.”

“Saya pernah menyampaikan hal ini kepada beberapa ulama dan habaib, termasuk kepada Kiai Subhan Makmun (pengasuh Pesantren Assalafiyah Luwungragi Brebes dan Rais Syuriah PBNU). Mereka mengatakan bahwa ini benar, cahaya yang terang benderang itu yakin adalah Baginda Rasulullah, dan meminta saya untuk menjaga anak tersebut.”

Mendengar cerita temanku yang alumni hadramaut ini bulu kudukku tiba-tiba berdiri, merinding. Aku merasa bersyukur bahwa silaturahmiku malam ini benar-benar memberi keberkahan. Aku makin yakin pada apa yang disampaikan para guru, bahwa ketika mahalul qiyam Baginda Kanjeng Nabi Muhammad hadir di tengah-tengah kita.

Maka malam ini ketika aku baru saja masuk ke dalam rumah, kuraih alat tulisku, kutulis kisah penuh berkah itu.

Bagi Anda yang mempercayai kehadiran Kanjeng Nabi di saat mahalul qiyam semoga kisah ini menambah keyakinan Anda itu. Dan bagi Anda yang hanya mempercayai bahwa kebenaran hanya ada pada materi teori dan logika, maka tak harus percaya. Tetaplah pada keyakinan bahwa mata dan akal logika adalah segalanya.

Tegal, 23 Januari 2018
Yazid Muttaqin

0 komentar:

Posting Komentar

BERSYUKURLAH KEPADA SUAMI karena ALLOH,,,,,,,,,,,,,,,,

 o0o_بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم_ oOo BAHAGIA itu,,, sangat SEDERHANA (31) oOo السلام عليكم ورحمة الله وبركاته oO...