Minggu, 10 Desember 2017

Oleh : Habib Muhammad Husein AlHabsyi Solo, Alumni Mahad Sunniyah Salafiyah

Melihat beranda FB kali ini begitu penuhnya dengan Ustadzah yang salah fatal dalam penulisan ayat suci Al Qur'an. Dan malam ini seorang yang memakai label Ustadz namun akhirnya mengakui dirinya bukan Ustadz berbicara tentang Hadits bahwa Hadits itu 200an tahun setelah Nabi, jadi banyak yang dho'if dan palsu.

Sempurna sudah dalam sehari dua sumber petunjuk terbesar umat Islam hampir ternodai dengan ulah seseorang yang semoga saja dilakukannya tidak dengan sengaja.

Kita mungkin harus belajar lagi dan melihat makna kata Ustadz. YDalam kamus Bahasa Arab Ustadz itu berarti, seorang yang mengajarkan ilmu Agama, atau orang yang sangat dihormati kedudukannya karena pengaruh keilmuan dan kesusasteraan.

Dari segi bahasa saja tidak semua orang diperbolehkan mengaku dirinya Ustadz. Atau menggunakan sebutan Ustadz untuk parodi dan bercanda.

Standarisasi tentang siapa yang layak disebut Ustadz memang susah. Dan belum ada pula tes sertifikasi Ustadz. Namun setidaknya ada cara yang mudah untuk mengenalinya yaitu. Siapapun yang dapat gelar Ustadz atau Ustadzah adalah orang yang punya ilmu Agama dan piawai dalam menyampaikannya.

Gelar ustadz itu tidak sembarangan diberikan, dan hanya orang yang pantaslah yang berhak memberikan gelar ini. Maka idealnya gelar ini harus datang dari Ustadz lainnya, bukan datang dari orang-orang awan selain para asatidz.

Dalam khazanah keNUan orang yang berhak dipanggil Ustadz itu bukan saja harus berilmu namun harus jelas darimana sanadnya mengambil ilmu. Sebagaimana yang pernah disampaikan K.H. Ahmad Shiddiq dalam ceramahnya tentang Pondok Pesantren.

Kesimpulannya gelar Ustadz atau Ustadzah tidak mudah untuk disematkan kepada sembarang orang. Jika ada seorang yang bukan polisi lalu berseragam polisi tentunya ini sebuah pelanggaran. Atau seorang yang bukan tentara lalu berseragam tentara juga sebuah pelanggaran. Dan seorang yang bukan Ustadz mengaku dirinya Ustadz inipun juga sebuah pelanggaran yang sama.

Silahkan menyampaikan dan membela apa yang anda anggap sebuah kebenaran, namun ingatlah kebenaran harus dibela dengan cara yang benar.

Sebagai penutup izinkan kami menyampaikan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam

‎إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْم فَضَلُّوْا وَأَضَلُّوْا

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari para hamba(Nya). Akan tetapi Allah mencabutnya dengan mencabut (mewafatkan) para ulama. Sampai bila tidak tersisa lagi seorang alim maka manusia pun mengambil para pemimpin yang bodoh. Maka mereka pun ditanya lalu mereka memberi fatwa tanpa ilmu. Maka sesatlah mereka lagi menyesatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tulisan singkat ini hanya nasehat bukan serangan atau makian, yang baik silahkan diamalkan dan yang anda rasa kurang baik silahkan ditinggalkan.

Semoga Allah memberkahi kita semua.

Aamiinn Yaa Robbal 'Alamin.

0 komentar:

Posting Komentar

BERSYUKURLAH KEPADA SUAMI karena ALLOH,,,,,,,,,,,,,,,,

 o0o_بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم_ oOo BAHAGIA itu,,, sangat SEDERHANA (31) oOo السلام عليكم ورحمة الله وبركاته oO...