Sabtu, 08 September 2018

Mauidhoh Hasanah Yang di sampaikan Oleh Maulana Al Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Yahya.
💐 *Tentang Hakikatnya Syukur* 💐
Kiyai Mushonif atau Mu'alif menerangkan bab syukur,kelihatannya ucapan terima kasih sangat mudah dalam ucapan.
tapi disini di tuntut syukur itu mengenal,kenal kepada yg mebemberi kenikmatan.

bilamana kita ini kenal kepada Si Pemberi, pasti akan jauh lebih mengenal kepada Si Pemberi ialah Allah SWT,

Syukur yang pertama adalah:

Pertama
Nikmatul Iman wal Islam.
nikmatnya di beri Agama oleh Allah SWT,sehingga dengan sebab melalui Agama yang di dalam Agama itu ada utusan Allah SWT,  sebagai washithoh (petunjuk jalan) mengerti kepada Allah SWT,  kenal kepada Allah SWT, tidak cukup mengerti tapi kita belajar kenal kepada Allah SWT.

bilamana kita ini kenal, pasti akan menjaga hubungan diantara yang kenal dan di kenal.
Tumbuh sifat ketakutan, kalau putus hubungan dengan yang di kenal ialah Allah SWT.
Jadi dengan adanya nikmat-nikmat dari Allah SWT perantara kita untuk mengenal kepada Allah SWT.

satu contoh saja:
memang ayatnya betul:

la in syakartum la aziidannakum wala in kafartum inna 'adzaabii lasyadiid.

satu contoh ketika kita makan, kalau tingkatan awam seperti saya seharusnya. (kalau bapak-bapak/ibu-ibu saya ndak tau):
"saya makan itu mencari kenyang, sebatas mencari kenyang dengan sebatas kenyang kita baru mengucap Alhamdulillah...
kalau belum kenyang Alhamdulillah nya pelan-pelan... iya kan??? kurang lebih nya.
Tapi coba kalau kenal sama Allah SWT, dengan makan itu untuk menemukan Si Pemberi Kenyang, bukan mencari kenyang , itu bedanya Jauh.. (bainah Wassumur)

maka kita-kita itu kelasnya kelas TK, jadi yang penting dapat pahala yang besar.
jadi kalau sudah makan kita contoh Makan ya Alhamdulillah...

tapi kalau kita kenal kepada Sang Pemberi Kenyang akan lebih jauh, niatnya akan tumbuh, "ya Allah Ya Rabb, telah Engkau berikan kepadaku rezeki, bisakah menjadi darah daging yang baik, sehingga ringan untuk di bawa taat kepada-Mu",,,

dengan niatan makan saja, kita sudah berbeda,
"Bismillahirrohmaanirrohiim... "Saya Niat, saya ini makan tapi begitu kita makan tauhid nya ma'rifatnya timbul.
"kok begini ya rasanya perut lapar", ada yang alasan kembung, yang maag, wal hasil alasan, alasan wal alasan bisa juga terjadi faktor kembung atau faktor maag. itulah...

Tapi kita kalau kita belajar kenal, setiap makanan yang kita angkat akan bertanya:
Nasi ini luar biasa benar bung, kalau di nasabkan nasi itu punya nasab.
Nasabnya Jadi adalah Nasi Bin Beras, belum jadi Nasi, kemudian Beras Bin Gabah, gabah bin Pari, tuh nasabnya Juga ada.
Nasi itu coba nggak ada orang yang makan 1 piring, di tanya, makan apa luh? makan gabah, kirain kuda lumping, mesti jawabnya makan nasi, bukan makan Gabah, untung makan Gabah, kalau makan gegabah bahaya.

ternyata 1 butir nasi kita ingat kewajiban kita syariatnya hanya untuk mencangkul tanah di bantu oleh beberapa tangan dalam mencakul lalu di tabur. sampai membajak, sampai tanam ,  bukan satu tangan atau dua tangan yang ikut andil paling tidak.

waktu kita makan,
"ya Allah ya Rabb, pahala nya besar bener orang yang menanakkan nasi ini. pahala besar benar.
"itu sih kalau ikhlas bib,"?

"urusan ikhlas atau tidaknya sih aku tidak tahu, itu urusan Allah SWT, "
ikhtiar sih boleh  merangkak dulu , belajar supaya ikhlas.
lalu kenal sebutir nasi, kalau jatuh mubadzir gimana?
"ya Allah ya Rabb , sayang kalau nasi sebutir jatuh,  inget kepada Sang Pencipta,  menghargai atas pemberian-Nya untuk rezeki kita.

Niatnya makan saja sudah berbeda, berbentuk ibadah, sudah berbentuk dzikir ,  loh itu hebatnya , 
ya Allah , luar biasa,
dengan itu dzikirnya berjalan "tidak ada Dzat yang Wajib aku sembah dengan sesungguhnya terkecuali Allah SWT"
yang bikin kenyang manusia. Tauhidnya terus jalan di samping itu menunjukan dirinya itu lemah.
"ya Allah ya Rabb,  lapar saja begini perasaannya, lalu mau sombong gimana???

apalagi kalau ibu-ibu bapak-bapak di tanya :
satu suap masuk ke mulut 1 (lepp), kunyah di telan, selesai.
bisa ndak kira-kira membagi Nasi itu ini jadi darah merah, ini jadi darah putih, ini yang HB, ini yang jadi begini,  jadi yang vitamin-vitamin , biar yang ke buang sedikit saja, bisa mbagi ndak????

nah ketika menelan itu tadi di tunjukan apa kemampuan kita?? mana kesombongan kita?

Nah  disinilah ma'rifat kita tambah kenal kepada Allah SWT, makan kita malah ingat kepada Allah SWT atas kedhoifan atau kelemahan dirinya sendiri.

Kalau  kita sudah mengenal dirinya sendiri, maka ketergantungan dirinya nya diri sendiri kepada Allah SWT semakin kuat.

wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh..

wallahu a'lam bi showab. Di sampaikan oleh

Maulana Al Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Yahya Pekalongan.
🙏

0 komentar:

Posting Komentar

BERSYUKURLAH KEPADA SUAMI karena ALLOH,,,,,,,,,,,,,,,,

 o0o_بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم_ oOo BAHAGIA itu,,, sangat SEDERHANA (31) oOo السلام عليكم ورحمة الله وبركاته oO...