Selasa, 22 Agustus 2017

oleh : Ustadz Abd. Majid

Siti Hajar sempat bertanya yang sedikit bernada protes.
Mengapa suaminya meninggalkan dia dan Ismail anaknya yang masih kecil di padang pasir yang tak bertuan.

Seperti jamaknya dia hanya bisa menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya yang belum juga bisa memberinya putra. 

Hajar mengejar Ibrahim AS, suaminya, dan menyeru dengan suara agak keras :

 "Mengapa engkau meninggalkan kami disini, di sebuah tempat yang tidak ada orang bahkan tidak apa² ?" 

Ibrahim AS terus melangkah meninggalkan keduanya, tanpa menoleh, tanpa memperlihatkan air matanya yang meleleh.  
Remuk redam perasaannya terjepit antara pengabdian dan pembiaran. 

Hajar masih terus mengejar sambil terus menggendong Ismail, kali ini dia setengah menjerit, dan jeritannya menembus langit,

"Apakah ini Perintah Allah Tuhanmu ?"

Kali ini Ibrahim AS, Sang Khalilulloh, berhenti melangkah. 
Dunia seolah berhenti berputar.  
Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam menanti jawaban Ibrahim AS.

Butir pasir seolah terpaku kaku...
Angin seolah....
berhenti mendesah...

Pertanyaan atau lebih tepatnya gugatan Hajar membuat semuanya terkesiap.

Ibrahim AS membalik tegas, dan berkata "Iya!".

Hajar berhenti mengejar, dan dia terdiam.
Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang mengagetkan semua Malaikat, 
butir pasir dan angin.

"Jikalau ini perintah Tuhanmu, pergilah, tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir. Allah akan menjaga kami."

Ibrahim AS pun beranjak pergi. Dilema itu punah sudah.

(dari Tafsir Al-Qurthubi QS. 14: 37)

Ini sebuah Pengabdian, atas nama Perintah Allah, bukan pembiaran.

Peristiwa Hajar dan Ibrahim AS adalah "Romantisme Keikhlasan".

Itulah Ikhlas...
Ikhlas adalah wujud sebuah Keyakinan Mutlak, pada Sang Maha Haq.

Ikhlas adalah Kepasrahan, bukan menyerah kalah.

Ikhlas itu adalah ketika engkau sanggup berlari melawan dan mengejar, namun engkau memilih patuh dan tunduk.

Ikhlas adalah sebuah kekuatan menundukkan diri sendiri, dan semua yang engkau cintai.

Ikhlas adalah memilih jalan-Nya, bukan pasrah kalah karena terpojok tak punya jalan lain.

Ikhlas bukan lari dari kenyataan..
Ikhlas bukan karena terpaksa..
Ikhlas bukan merasionalisasi tindakan...
juga bukan mengkalkulasi hasil akhir...

Ikhlas tak pernah berhitung...
tak pernah pula menepuk dada...
Ikhlas itu Tangga menuju-Nya.
Mendengar perintah-Nya, lalu mentaati-Nya...

Ikhlas adalah Ikhlas, TITIK!!!

"Berguru ikhlas dari perginya Ibrahim dan diamnya Hajar"

Dan aku, kamu, serta kita... saatnya tertunduk patuh apapun perintah dan laranganNya.. bersama para malaikat, butir pasir, angin....dan semesta alam.

---------- QS.  14:37-38 ---------
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit."
(QS. 14: 37-38)

Wallahua'lam

Robbana Taqobbal Minna
Ya Alloh terimalah dari kami
(amalan kami),
aamiin

0 komentar:

Posting Komentar

BERSYUKURLAH KEPADA SUAMI karena ALLOH,,,,,,,,,,,,,,,,

 o0o_بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم_ oOo BAHAGIA itu,,, sangat SEDERHANA (31) oOo السلام عليكم ورحمة الله وبركاته oO...