Sabtu, 08 Juli 2017

KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) memaparkan, dewasa ini umat Indonesia cenderung mengenakan pakaian gaya Arab; berjubah putih, berserban, dan memelihara jenggot. Mereka menyangka, kata dia, yang demikian itu merupakan salah satu ittiba’ (mengikuti jejak) Nabi Muhammad.

“Mereka kira, pakaian yang mereka pakai itu pakaian Kanjeng Nabi. Padahal, jubah, serban, sekalian jenggotnya, itu bukan pakaian Kanjeng Nabi. Abu Jahal juga begitu, karena itu pakaian nasional (Arab),” ungkap kiai asal Rembang, Jawa Tengah ini.

Kiai kita ini menegaskan bahwa Kanjeng Nabi sangat menghormati tradisi tempat tinggalnya. Buktinya ia memakai pakaian Arab. Nabi tidak membikin pakaian sendiri untuk menunjukkan bahwa dia Rasulullah.

“Seandainya, ini seandainya, kalau Rasulullah itu lahir di Texas, mungkin pake jeans,” ujar kiai yang pelukis dan penyair ini, disambut tawa hadirin, “Makanya Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), saya, make pakaian sini (Jawa); pake batik,” ujarnya sambil menunjuk baju yang dikenakannya: batik coklat motif bunga berbentuk limas berwarna hitam.

“Ini, ittiba’ Kanjeng Nabi. Ya begini ini, bukan pake serban, berjenggot. Itu ittiba’ Abu Jahal juga bisa. Tergantung mukanya,” tegasnya.

Gus Mus menegaskan, jadi, perbedaan antara Abu Jahal, Abu Lahab dengan Kanjeng Nabi adalah air mukanya. Kanjeng Nabi itu wajahnya tersenyum, Abu Jahal wajahnya sangar. Kalau ingin iitiba’ Kanjeng Nabi, pake serban pake jubah, wajah harus tersenyum.

Gus Mus lalu mengisahkan, pada zaman Nabi, kalau ada sahabatnya yang sumpek, mempunyai beban, ketemu Kanjeng Nabi, melihat wajahnya, hilang sumpeknya.“Sekarang ini, nggak. Pakaiannya aja yang sama. Kita nggak sumpek, nggak apa, lihat wajahnya malah sumpek,” pungkasnya. (Sumber: nu.or.id)

Jika kita pahami dengan jernih apa yang disampaikan Gus Mus, maksudnya bukan mengesampingkan jubah sebagai pakaian muslim, tapi akan lebih baik dan lebih utama jika Islam yang luhur terlihat dari dalamnya yaitu akhlak dan hatinya meskipun tanpa pakaian jubah atau gamis.

Adapun jika seorang muslim yang senang menggunakan gamis itu berarti baik tapi harus diimbangi dengan baik dari segi dalamnya (hati) yang bisa terlihat dengan raut wajah yang sejuk tidak terlihat sangar atau sumpek. Jika yang terjadi sebaliknya, yaitu berjubah tapi terlihat sumpek, maka akan lebih utama berpakaian biasa seperti batik tapi wajah sejuk dan akhlak serta hatinya juga baik seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw. Mohon jangan gagal paham yang menimbulkan saling menghasut.

Sumber : WA grup cnk-al-fathoiyah dari fiqihmenjawab.net

0 komentar:

Posting Komentar

BERSYUKURLAH KEPADA SUAMI karena ALLOH,,,,,,,,,,,,,,,,

 o0o_بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم_ oOo BAHAGIA itu,,, sangat SEDERHANA (31) oOo السلام عليكم ورحمة الله وبركاته oO...