Minggu, 16 Oktober 2016


Tiga Alasan Mengapa Seorang Muslim Harus Bertasawuf
Guru Besar bidang Tasawuf UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Dr H Mukhtar Solihin mengatakan, ada tiga alasan seseorang harus bertasawuf, “Pertama, tasawuf merupakan basis fitri setiap manusia. Ia merupakan potensi Ilahiyah yang berfungsi mendesain peradaban dunia. Tasawuf dapat mewarnai segala aktivitas sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan,” kata Mukhtar Solihin saat mengisi FGD bertema “Thoriqoh dalam Pandangan Mbah Hasyim Asy’ari” di kantor PWNU Jawa Barat, Sabtu, (23 /4).

Kedua, tasawuf berfungsi sebagai alat pengendali, agar dimensi kemanusiaan tidak ternodai oleh modernisasi yang mengarah dekadensi moral dan anomali nilai, sehingga tasawuf mengantarkan pada “supreme morality” (keunggulan moral).

Ketiga, tasawuf relevansi dengan problem manusia, karena tasawuf secara seimbang memberi kesejukan batin dan disiplin syariah sekaligus. Selain itu, tasawuf dapat membentuk tingkah laku melalui pendekatan tasawuf suluki, dan dapat memuaskan dahaga intelektual melalui pendekatan tasawuf falsafi. Ia bisa diamalkan tiap muslim lapisan manapun. Secara fisik mereka menghadap satu arah (Ka’bah), dan secara rohaniah mereka berlomba menempuh jalan (tarekat) melewati ahwaldan maqam menuju Tuhan yang Satu, Allah SWT.

Dalam diskusi yang diinisiasi oleh Pergunu, Lakpesdam dan Lesbumi NU Jawa Barat dalam rangka Harlah ke-93 NU ini, Mukhtar Solihin juga menjelaskan periodesasi perkembangan tasawuf. Menurutnya sejarah perkembangan tarekat secara garis besar melalui tiga tahap yaitu, tahap Khanaqah, tahap Thariqah dan tahap Tha’ifah.

Tahap Khanaqah (pusat pertemuan sufi) terjadi sekitar abad ke 10 M, di mana seorang syekh mempunyai sejumlah murid yang hidup bersama-sama di bawah peraturan yang tidak ketat. Syekh ini menjadi mursyid (pimpinan) yang dipatuhi. Kontemplasi dan latihan-latihan spiritual dilakukan secara individual dan kolektif. Gerakan ini mempunyai masa keemasan tasawuf.

Berikutnya tahap Thariqah berkembang sekitar abad ke 13 M. Di sini sudah terbentuk ajaran-ajaran, peraturan dan metode tasawuf. Pada masa inilah muncul pusat-pusat yang mengajarkan tasawuf dengan silsilahnya masing-masing. Berkembanglah metode-metode kolektif baru untuk mencapai kedekatan diri kepada Tuhan. Pada periode ini tasawuf telah mencapai kedekatan diri kepada Tuhan, dan di sini tasawuf telah mengambil bentuk kelas menengah.

Tahap selanjutnya yakni Tha’ifah terjadinya sekitar abad ke 15 M. Pada masa ini terjadi transisi misi ajaran dan peraturan kepada pengikut. Muncul organisasi tasawuf yang mempunyai cabang di tempat lain. Pada tahap Tha’ifah inilah tarekat mengandung arti lain, yaitu organisasi sufi yang melestarikan ajaran syekh tertentu. Terdapatlah tarekat-tarekat seperti Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Syadziliyah, dan sebagainya. (Awis Saepuloh/Zunus)

Sumber NU online

0 komentar:

Posting Komentar

BERSYUKURLAH KEPADA SUAMI karena ALLOH,,,,,,,,,,,,,,,,

 o0o_بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم_ oOo BAHAGIA itu,,, sangat SEDERHANA (31) oOo السلام عليكم ورحمة الله وبركاته oO...