Rabu, 16 Oktober 2019

Assalamu'alaikum wr wb….pak Ustadz

Dalam kehidupan didunia ini dapatkah kita mengetahui perbedaan suatu kejadian yang tidak kita ingini adalah akibat dari perbuatan kita berbuat dosa kepada Allah atau merupakaan cobaan keimanan kita (bukan karena dosa kepada Allah). Apakah ada azab  yang ditimpakan seawaktu masih hidup didunia akibat berbuat dosa kepada Allah?

Waalaikumussalam Wr Wb

Firman Allah swt :

مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ

Artinya : “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisaa : 79)

Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah” adalah dari karunia dan kasih sayang Allah swt. Sedangkan makna “dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Berarti dari dirimu sendiri dan dari perbuatanmu sendiri, sebagaimana firman-Nya :

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura : 30)

As Suddiy, Hasan al Bashri, Ibnu Juraih dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna “maka dari dirimu sendiri” adalah karena dosamu. Qatadah mengatakan bahwa makna” “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Adalah akibat dosamu wahai anak Adam.

Didalam sebuah hadits disebutkan,”Demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah seorang mukmin ditimpa kegalauan, kesedihan, kepayahan bahkan duri yang menancap padanya kecuali dengannya Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.” (Tafsir al Qur’an al Azhim juz II hal 363)
Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam Al Qur’an diantaranya firman Allah swt :

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Artinya : “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya : 35)

Cobaan atau ujian yang menimpa setiap orang dan ia ini isa berupa keburukan atau kebaikan, kesenagan atau kesengsaraan, sebagaimana disebutkan pula didalam firman-Nya yang lain :

Artinya : “Dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk.” (QS. Al A’raf : 168)

Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)” adalah terkadang Kami menguji dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan agar kami mengetahui orang-orang yang bersyukur dari orang-orang yang kafir, orang-orang yang bersabar dari orang-orang yang berpuus asa sebagaimana perkataan Ali bin Thalhah dari Ibnu Abbas bahwa makna “Dan Kami menguji kalian” dia mengatakan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan), dengan kesulitan dan kelapangan, kesehatan dan rasa sakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan… sedangkan firman-Nya yang berarti “dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” adalah Kami akan memberikan ganjaran (balasan) atas amal kamu. (Tafsir al Qur’an al Azhim juz V hal 342)

Cobaan atau ujian ini juga terkadang disesuaikan dengan kadar dan kualitas keimanan seseorang serta sebagai sarana untuk menambahkan pahala orang yang terkena ujian ini, karena itu didalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori disebutkan bahwa orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi.

Syeikh Al Mubarokhfuriy mengatakan bahwa mereka (para nabi) yang paling berat ujian dan cobaannya karena mereka adalah orang-orang yang merasakan kelezatan semua cobaan itu sebagaimana kebanyakan orang merasakan lezat semua kenikmatan. Karena apabila para nabi tidak diuji maka keimanan kepada Allah yang ada didalam diri mereka hanya akan menjadi khayalan dan melemahkan umat didalam kesabarannya menghadapi suatu cobaan. Hal itu juga dikarenakan orang yang paling berat cobaan adalah yang paling kuat ketaatannya dan paling kuat didalam mengembalikan segala urusannya kepada Allah swt. (Tuhfatul Ahwadzi juz VI hal 185)

Cobaan atau ujian ini bisa juga disebabkan karena kesalahan atau dosa yang dilakukan seseorang, seperti dosa seseorang yang meninggalkan jihad dikarenakan para wanita-wanitanya, sebagaimana firman Allah swt :

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ ائْذَن لِّي وَلاَ تَفْتِنِّي أَلاَ فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُواْ

Artinya : “Di antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah.” (QS. At Taubah : 49)

Sesungguhnya ujian ataupun cobaan yang ditimpakan kepada orang itu adalah ketika orang itu mengatakan pemohonan izinnya kepada Rasulullah saw disebabkan kelemahan iman mereka untuk ikut berperang di jalan Allah melawan pasukan Romawi dengan mencari-cari alasan kecantikan para wanita Romawi yang bisa membuat mereka tidak tahan dan akan mempengaruhi jihad mereka.
Dengan demikian bisa difahami bahwa cobaan atau ujian adalah lebih luas atau lebih umum daripada musibah. Dikarenakan tidaklah disebut musibah kecuali untuk sesuatu yang tidak menyenangkan bagi seorang yang mendapatkannya sementara ujian atau cobaan bisa berupa kesenangan atau kesengsaraan. Dan terkadang efek dari bala’ ini lebih berat daripada musibah. Orang terkadang sanggup bertahan didalam keimanan saat mendapatkan kesulitan akan tetapi hilang imannya tatkala mendapatkan kesenangan.

Dan apapun yang diterima seorang muslim baik ia berupa ujian maupun cobaan baik berupa kesenangan ataupun kesengsaraan, kelapangan atau kesempitan, kekayaan atau kemiskinan maka semuanya adalah baik baginya karena mereka adalah orang-orang yang bersyukur ketika dirimpa kesenangan dan bersabar ketika ditimpa kesengsaraan.

Dan tidaklah suatu musibah atau ujian itu ditimpakan kepada seorang mukmin kecuali adalah sebagai pembersih dosa dan kesalahannya di dunia sehingga tidak ada lagi baginya siksa atas dosa itu di akhrat, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah seorang mukmin atau mukminah yang ditimpa suatu bala’ (cobaan) sehingga ia berjalan di bumi tanpa membawa kesalahan.”

Sementara musibah atau ujian yang diberikan kepada orang-orang kafir adalah bagian dari adzab Allah kepada mereka di dunia sementara adzab yang lebih besar telah menantinya di akherat, sebagaimana firman-Nya :

وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya : “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As Sajdah : 21)

Artinya : “Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan. (QS. Huud : 16)

Didalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya Allah tidaklah menzhalimi seorang mukmin, diberikan kepadanya kebaikan di dunia dan disediakan baginya pahala di akherat. Adapun orang yang kafir maka ia memakan dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya di dunia sehingga ketika dia kembali ke akherat maka tidak ada lagi satu kebaikan pun sebagai ganjaran baginya. “ (HR. Muslim)

Wallahu A’lam

Ustadz Sigit Pranowo

@@

*Istidraj; Nikmat Padahal Azab*

MUNGKIN dari kita banyak yang bertanya ‘padahal dia adalah seorang yang banyak dosa, kok bisa kaya dan sukses ya?’ Jangan heran dulu, karena mungkin saja semua karunia yang ia terima adalah ‘Istidraj’ dari Allah SWT. Secara bahasa Istidraj diambil dari kata ‘daraja’ yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya. Sementara istidraj dari Allah kepada hamba dipahami sebagai ‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit dan tidak diberikan langsung.

Allah SWT biarkan orang ini dan tidak disegerakan azabnya. Allah berfirman “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-Qalam: 44).

Nabi SAW bersabda, “Apabila engkau melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.” Kemudian Nabi SAW membaca firman Allah yang artinya, “Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga bila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44), (HR. Ahmad, no. 17349, disahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 414).

Sederhananya, jika melihat orang yang secara agama ibadahnya buruk, sementara maksiat kepada Allah dan manusia jalan terus, lalu rezekinya Allah berikan melimpah, kesenangan hidup begitu mudah ia dapatkan, tidak pernah sakit dan celaka, panjang umur, bahkan Allah berikan kekuatan pada fisiknya. Maka, waspadalah sebab bisa jadi itu adalah istidraj baginya dan bukan kemuliaan.

Di antara tanda hamba yang mengalami istidraj itu antara lain; pertama, terus melakukan kemaksiatan tapi kesuksesan justru semakin melimpah. Ali Bin Abi Thalib ra berkata, “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya.” (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal 121).

Kedua, semakin kikir justru hartanya semakin melimpah. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung (harta) lalu dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya (Qs. Al-Humazah : 1-3). Ayat ini berkisah tentang hamba yang kikir dan menghitung-hitung hartanya. Ia mengira harta yang ditumpuknya akan mengokohkan posisi dan kekuasaannya.

Ketiga, jarang sakit. Imam Syafi’i berkata, “Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit, lihatlah ke belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.” Bisa jadi ia tidak pernah sakit karena berbuat syirik memuja dan bersekutu dengan jin atau setan. Kalaupun bukan karena itu, jelas ada sesuatu yang menyimpang dalam dirinya. (Tafsir Al Muyassar, 1/464).

Ibnu Athaillah berkata, *“Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah, sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya,* *_jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah.”_*

@@

Orang yang bertakwa akan mendapatkan karunia dari Allah. Karunia Allah untuk orang yang bertakwa sangatlah banyak sekali. Tak terhitung jumlahnya dan sulit bagi kita sebagai manusia untuk menghitungnya. Dalam buku Takwa yang pernah saya baca bberapa waktu lalu (saya lupa nama pengarangnya), ada beberapa karunia Allah yang akan kita dapatkan bila kita bertakwa kepadaNya.

Beberapa karunia Allah itu adalah:

Diberikan keberkahan oleh Allah dalam hidupnya
Diberikan rahmat oleh Allah dalam mengiringi derap langkahnya di dunia
Digembirakan di dunia dan di akhirat
*Dipanjangkan umurnya oleh Allah dengan selalu melakukan kebaikan*
Ditolong selalu oleh Allah bila mengalami kesulitan hidup
*Diberikan hidayah oleh Allah sehingga hatinya selalu terjaga dengan baik*
Diberikan ilmu pengetahuan yang luas oleh Allah
Dicintai dan disayangi oleh Allah
Dipelihara dan dijaga oleh Allah
Di puji sesama manusia dan mendapatkan pujian dari Allah
Diberi taufiq oleh Allah dengan amal sholeh
Diampunkan dosanya oleh Allah
Dianugerahi ketenangan hati oleh Allah
Diselamatkan dari kesusahan dan diberikan rezeki halal dari pintu yang tak diduganya
Dimudahkan segala urusannya oleh Allah
Dilipatgandakan pahalanya oleh Allah
Dimenangkan di dunia dan akhirat
Dimuliakan oleh Allah
Diterima amalnya oleh Allah
Diselematakan dari azab neraka
Dikekalkan dalam surga
Semoga apa yang saya tuliskan di atas bermanfaat buat kita semua yang ingin menjadi orang yang bertakwa. "Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertakwa".

Allah berfirman dalam al-Qur'an: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yag menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Dan (juga) orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal (Qs. Ali Imran 133-136).

Salam Blogger Persahabatan omjay http://wijayalabs.com

Wallahua’lam. []

Sumber: http://mirajnews.com/2017/05/awas-jebakan-istidraj.html

0 komentar:

Posting Komentar

BERSYUKURLAH KEPADA SUAMI karena ALLOH,,,,,,,,,,,,,,,,

 o0o_بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم_ oOo BAHAGIA itu,,, sangat SEDERHANA (31) oOo السلام عليكم ورحمة الله وبركاته oO...