Selasa, 28 Agustus 2018

Syekh Yusri hafidzahullah Ta’ala wa ra’ah, menjelaskan dalam pengajian tafsir Al Qur’annya, bahwa diantara tanda-tanda kenabian baginda Nabi SAW adalah baginda menceritakan kisah-kisah umat terdahulu, dengan cerita yang sangat detail mulai dari percakapan dan peran dari masing-masing tokoh, serta kejadian apa yang terjadi pada mereka. Meski jarak antara baginda nabi SAW dengan mereka sangatlah terpaut jauh masanya, dan dengan bahasa yang bukan bahasanya.

Diantara kisah yang telah diwahyukan kepada baginda nabi SAW adalah tentang sosok Lukman, seorang ahli hikmah yang berasal dari suku Nubian yang tepatnya berada di kota Aswan, yang merupakan salah satu suku tua yang berada di perbatasan negara Mesir dan Sudan. Menurut pendapat yang rajah, Lukman bukanlah seorang nabi, akan tetapi seorang yang telah diberi hikmah oleh Allah Ta’ala, hingga namanya diabadikan dalam Al Qur’an sebagai salah satu dari nama suratnya.

Syekh Yusri menambahkan, bahwa Lukman adalah seorang yang memiliki kulit hitam seperti halnya mayoritas dari suku Nubian, yang karuniai hikmah oleh Allah Ta’ala untuk amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan untuk berbuat kebaikan dan melarang perbuatan mungkar) kepada kaumnya. Dimana manhaj (metode) yang dipakai adalah sama seperti apa yang telah diajarkan oleh para ulama tasawwuf, yaitu konsep islam, iman dan ihsan.

Allah Ta’ala telah berfirman:

” وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ  ”

yang artinya: ” Dan sesungguhnya Kami telah karuniakan hikmah kepada Lukman, maka bersyukurlah. Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia telah bersyukur untuk (kemaslahatan) dirinya sendiri, dan barang siapa yang kufur (atas kenikmatan Allah) maka sesungguhnya Allah Dzat yang Maha Kaya dan Maha Terpuji”(QS. Lukman: 12). Hikmah yang dimaksud adalah ajaran tentang islam, iman dan ihsan, yang mana ketiga hal ini adalah kunci kebahagiaan di dunia dan kemuliaan di akhirat.

Konsep iman ini telah diajarkan oleh Lukman kepada anaknya, yaitu tentang ketauhidan (Keesaan Tuhan), sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah:

” وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ ”

yang artinya: ” Dan ketika Lukman berkata kepada anaknya untuk menasehatinya, wahai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, karena sesungguhnya kesyirikan adalah merupakan kedzaliman yang besar” (QS. Lukman: 13).

Ketauhidan adalah merupakan harga mati, yang tidak bisa digantikan oleh suatu apapun dan siapapun, yang harus tetap dipegang erat hingga ajal menjemput. Allah Ta’ala telah berfirman:

” وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ”

yang artinya: ” Dan sembahlah Tuhanmu hingga sesuatu yang yakin (kematian) datang kepadamu” (QS. AlHijr: 99). Kemuliaan (karamah) seorang mukmin tidaklah nampak, hingga akhirnya dirinya meninggal dalam keadaan islam. Karamah yang hakiki, adalah ketika seseorang meninggal dalam keadaan husnul khatiman, tegas syekh Yusri dalam kesempatan yang lain.

Konsep berikutnya adalah islam, yaitu yang berisikan tentang ajaran-ajaran syari’ah yang bersifat amaliah, yang mana dalam hal ini disimbolkan dengan shalat, yaitu ibadah yang diwajibkan oleh Allah kepada setiap hambaNya melalui para nabi dan rasulNya. Inilah yang disebut dengan fikih, yang mana setiap nabi datang membawa syariat yang berbeda dengan para nabi lainnya.

Lukman Al Hakim telah berkata kepada anaknya:

” يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ ”

yang artinya: ” Wahai anakku, dirikanlah shalat, dan perintahkanlah untuk berbuat kebaikan dan cegahlah dari perbuatan kemungkaran, serta bersabarlah terhadap apa yang telah menimpa dirimu, karena sesungguhnya hal yang demikian adalah merupakan perkara-perkara yang diwajibkan (oleh Allah Ta’ala)” (QS. Lukman: 17).

Syekh Yusri menambahkan, bahwa didalam kita beramar ma’ruf dan nahi mungkar, pastilah akan menghadapi kesulitan dan rintangan, yang semua itu janganlah sampai membuat kita putus asa serta harus bersabar, karena ini adalah merupakan azimah (kewajiban), dan tidak ada rukhsah (keringanan) di dalamnya.
Wallahu A’lam.

sumber : WAG Forkati
AMB Eljawie
Salam satu tujuan
28 Aug 2018

0 komentar:

Posting Komentar

:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.

BERSYUKURLAH KEPADA SUAMI karena ALLOH,,,,,,,,,,,,,,,,

 o0o_بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم_ oOo BAHAGIA itu,,, sangat SEDERHANA (31) oOo السلام عليكم ورحمة الله وبركاته oO...